A. Penalaran
1. Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang
bertolak dari pengamatan indera (observasi empiric) yang menghasilkan sejumlah
konsep dan pengertian.berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan berbentuk
proposisi-proposisi yang sejenis,berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui
atau dianggap benar,orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya
tidak diketahui.proses inilah yang disebut menalar. Ada dua metode dalam
penalaran,yaitu deduktif dan induktif.
2. Penalaran Deduktif
2.1. Pengertian Penalaran
Deduktif
Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk
manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan
atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi.
Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal
umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses
pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau
hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.
Contoh : (1) Masyarakat Indonesia konsumtif (umum)
dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan
kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup
konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status social.
(2) -Laptop adalah barang elektronik dan
membutuhkan daya listrik untuk beroperasi -DVD Player adalah barang elektronik
dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi kesimpulan —> semua barang
elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi Penalaran induktif adalah
penalaran yang memberlakukan atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat
umum (Smart,1972:64).
Penalaran ini lebih banyak berpijak pada
observasi inderawi atau empiri. Dengan kata lain penalaran induktif adalah
proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang bersifat individual nyata
menjadi kesimpulan yang bersifat umum.(Suriasumantri, 1985:46). Inilah alasan
eratnya kaitan antara logika induktif dengan istilah generalisasi.
2.2 Macam-macam Penalaran
Deduktif
Macam-macam
penalaran deduktif diantaranya :
a.
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan
secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah
konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1
kesimpulan.
b.
Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan
dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan
karena sudah sama-sama diketahui.
3. Penalaran
Induktif
3.1.
Pengertian Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk
manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan
fakta – fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut Induksi. Penalaran
induktif tekait dengan empirisme. Secara impirisme, ilmu memisahkan antara
semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji secara
empiris, semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat sementara. Penalaran
induktif ini berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum,
teori atau kaedah yang berlaku umum.
Contoh : Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang
lalu, Ny. Ahmad sering sakit. Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksakan
sakitnya. Harta peninggalan suaminya semakin menipis untuk membeli obat dan
biaya pemeriksaan, serta untuk biya hidup sehari-hari bersama tiga orang
anaknya yang masih sekolah. Anaknya yang tertua dan adiknya masih kuliah di
sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan yang nomor tiga masih duduk di bangku
SMA.
3.2.Macam-macam Penalaran Induktif
Ada 3 jenis penalaran induktif :
a.
Generalisasi
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk
semua atau sebagian besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri –
ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi
dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Macam –
macam generalisasi :
·
Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang
menjadi dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini memberikan
kesimpilan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja yang belum
diselidiki.
·
Generalisasi tidak sempurna
Adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena
untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum
diselidiki.
b.
Analogi
Analogi adalah membandingkan dua hal yang banyak
persamaanya. Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan
dari pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara
membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
III.
Kesimpulan Penalaran
Dari berbagai penjelasan diatas,
dapat disimpulkan bahwa penalaran dalam prosesnya ada 2 macam yaitu penalaran
Deduktif dan penalaran Induktif.
Penalaran Deduktif adalah metode
berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya
dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Penalaran Induktif adalah metode
yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum.
B.
Proposisi
1. Pengertian Proposisi
Proposisi adalah
"pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh, serta mempunyai
nilai benar atau salah, dan tidak boleh kedua-duanya”.
Maksud kedua-duanya ini adalah dalam suatu kalimat proposisi standar tidak boleh mengandung 2 pernyataan benar dan salah sekaligus.
Rumus ketentuannya :
Q + S + K + P
Keterangan :
Q : Pembilang / Jumlah
(ex: sebuah, sesuatu, beberapa, semua, sebagian, salah satu, bilangan satu s.d. tak terhingga)
Q boleh tidak ditulis, jika S (subjek) merupakan nama dan subjek yang pembilang nya sudah jelas berapa jumlahnya :
a. Nama (Pram, Endah, Ken, Missell, dll)
b. Singkatan (PBB, IMF, NATO, RCTI, ITC, NASA, dll)
c. Institusi (DPRD, Presiden RI, Menteri Keuangan RI, Trans TV, Bank Mega, Alfamart, Sampurna, Garuda Airways, dll)
S : Subjek adalah sebuah kata atau rangkaian beberapa kata untuk diterangkan atau kalimat yang dapat berdiri sendiri (tidak menggantung).
K : Kopula, ada 5 macam : Adalah, ialah, yaitu, itu, merupakan.
P : Kata benda (tidak boleh kata sifat, kata keterangan, kata kerja).
Maksud kedua-duanya ini adalah dalam suatu kalimat proposisi standar tidak boleh mengandung 2 pernyataan benar dan salah sekaligus.
Rumus ketentuannya :
Q + S + K + P
Keterangan :
Q : Pembilang / Jumlah
(ex: sebuah, sesuatu, beberapa, semua, sebagian, salah satu, bilangan satu s.d. tak terhingga)
Q boleh tidak ditulis, jika S (subjek) merupakan nama dan subjek yang pembilang nya sudah jelas berapa jumlahnya :
a. Nama (Pram, Endah, Ken, Missell, dll)
b. Singkatan (PBB, IMF, NATO, RCTI, ITC, NASA, dll)
c. Institusi (DPRD, Presiden RI, Menteri Keuangan RI, Trans TV, Bank Mega, Alfamart, Sampurna, Garuda Airways, dll)
S : Subjek adalah sebuah kata atau rangkaian beberapa kata untuk diterangkan atau kalimat yang dapat berdiri sendiri (tidak menggantung).
K : Kopula, ada 5 macam : Adalah, ialah, yaitu, itu, merupakan.
P : Kata benda (tidak boleh kata sifat, kata keterangan, kata kerja).
2. Jenis-jenis Kalimat Proposisi
Kalimat
Proposisi adalah suatu kalimat (sentence) yang memiliki nilai kebenaran (truth
value) benar (true), dengan notasi T atau dalam sirkuit digital disimbolkan
dengan 1, atau nilai kebenaran salah (false) dengan notasi F atau 0 tetapi
tidak kedua-duanya. Nama lain proposisi: kalimat deklaratif.
Jenis-jenis proposisi, yaitu :
1. Bentuk dibagi menjadi 2, yaitu :
- Tunggal : kalimat yang terdiri dari 1 subjek dan 1 predikat
contoh : Habibie terjatuh
Richard pergi
- Majemuk : Kalimat Proporsisi yang terdiri dari 1 subjek dan lebih dari 1 predikat
contoh : Doni menaiki tangga dan membaca Koran
Rian memasak di dapur dan menyuapi anaknya
Jenis-jenis proposisi, yaitu :
1. Bentuk dibagi menjadi 2, yaitu :
- Tunggal : kalimat yang terdiri dari 1 subjek dan 1 predikat
contoh : Habibie terjatuh
Richard pergi
- Majemuk : Kalimat Proporsisi yang terdiri dari 1 subjek dan lebih dari 1 predikat
contoh : Doni menaiki tangga dan membaca Koran
Rian memasak di dapur dan menyuapi anaknya
2. Sifat dibagi menjadi 3, yaitu :
- Kategorial : proporsisi hubungan antara subjek dan predikatnya tidak ada syarat apapun
contoh : semua bangku di kelas 3ka02 berwarna hitam
- Kondisional : proporsisi yang hubungannya subjek dan predikat membutuhkan persyaratan tertentu. Biasanya diawali :jika, apabila, walaupun, seandainya
contoh : jika susi wanita maka akan menikah dengan rudi
~kondisional dibagi menjadi 2, yaitu :
-Hipotesis . Contoh : Jika susi rajin belajar maka dia akan pintar
– Disjungtif yaitu memiliki 2 predikat dan predikatnya alternatif.
contoh : Wanita itu sudah menikah apa belum
3.Kualitas ,yang
terdiri dari :
– Afirmatif (+) : proporsisi dimana predikatnya membenarkan subjek
contoh : Semua kucing pasti mempunyai ekor
– Negatif (-) : proporsisi dimana predikatnya menolak subjek
contoh : Tidak ada kucing yang tidak memiliki ekor
– Afirmatif (+) : proporsisi dimana predikatnya membenarkan subjek
contoh : Semua kucing pasti mempunyai ekor
– Negatif (-) : proporsisi dimana predikatnya menolak subjek
contoh : Tidak ada kucing yang tidak memiliki ekor
4. Proporsisi
Universal : proporsisi yang predikatnya mendukung atau mengingkari subjeknya
contoh : Tidak ada satupun mahasiswa yang tidak memiliki NPM
contoh : Tidak ada satupun mahasiswa yang tidak memiliki NPM
C. Inferensi
1.
Pengertian Inferensi
Sebuah
pekerjaan bagai pendengar (pembaca) yang selalu terlibat dalam tindak tutur
selalu harus siap dilaksanakan ialah inferensi. Inferensi dilakukan untuk
sampai pada suatu penafsiran makna tentang ungkapan-ungkapan yang diterima dan
pembicara atau (penulis). Dalam keadaan bagaimanapun seorang pendengar
(pembaca) mengadakan inferensi. Pengertian inferensi yang umum ialah proses
yang harus dilakukan pembaca (pendengar) untuk melalui makna harfiah tentang
apa yang ditulis (diucapkan) sampai pada yang diinginkan oleh seorang penulis
(pembicara).
Inferensi
adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya. Dalam
membuat inferensi perlu dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna
tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan
(eksplikatur).
Inferensi
atau kesimpulan sering harus dibuat sendiri oleh pendengar atau pembicara
karena dia tidak mengetahui apa makna yang sebenarnya yang dimaksudkan oleh
pembicara/penulis. Karena jalan pikiran pembicara mungkin saja berbeda dengan
jalan pikiran pendengar, mungkin saja kesimpulan pendengar meleset atau bahkan
salah sama sekali. Apabila ini terjadi maka pendengar harus membuat inferensi
lagi. Inferensi terjadi jika proses yang harus dilakukan oleh pendengar atau
pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat pada tuturan
yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis. Pendengar atau pembaca dituntut
untuk mampu memahami informasi (maksud) pembicara atau penulis.
Inferensi
terdiri dari tiga hal, yaitu inferensi deduktif, inferensi elaboratif, dan
inferensi percakapan (Cummings, 1999).
a. Inferensi Deduktif
Inferensi
deduktif memiliki kaitan dengan makna semantik. Implikatur percakapan,
pra-anggapan, dan sejumlah konsep lain memuat kegiatan inferensi. inferensi
dapat diperoleh dari kaidah deduktif logika dan dari makna semantik item
leksikal. Inferensi menggunakan penalaran deduksi dalam kegiatan penalaran dan
interpretasi ujaran.
Inferensi Deduktif dibagi menjadi
dua, yaitu :
1.
Inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu
premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang
ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh: Bu,
besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya
baju baru, kadonya lagi belum ada”. Maka inferensi dari ungkapan tersebut:
bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temanya.
Contoh: Pohon
yang di tanam pak Budi setahun lalu hidup. Dari premis tersebut dapat kita
lansung menari kesimpulan (inferensi) bahwa: pohon yang ditanam pak budi
setahun yang lalu tidak mati.
2. Inferensi Tak Langsung
Inferensi yang
kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk
sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A :
Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi
yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
Contoh yang
lain;
A : Saya
melihat ke dalam kamar itu.
B :
Plafonnya sangat tinggi.
Sebagai
missing link diberikan inferensi, misalnya:
C: kamar itu
memiliki plafon
b. Inferensi Elaboratif
adalah
urutan dari sederhana-ke-kompleks atau dari umum-ke-rinci, yang memiliki
karakteristik khusus.
Inferensi
elaboratif memiliki peran dalam interpretasi ujaran. Cummings (1999)
menggambarkan adanya integrasi interpretasi ujaran dari tiga subkomponen yang
berpa abstrak (pengetahuan dunia), abstrak (pengetahuan komunikatif), dan
fungsional (interferensi elaboratif).
Contoh: dalam mengajar Sejarah, seseorang dapat saja mulai dengan
memberikan rangkuman mengenai peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah,
kemudian menjelaskan rincian peristiwa-peristiwa penting itu.
Ini dirinci dalam satu tahap sampai mencapai tingkat keterincian yang sudah
dispesifikasi oleh tujuan.
c. Inferensi Percakapan
Dalam
percakapan menuntut hadirnya komponen tutur. Jhon L. Austin (1962)
menyatakan ada tiga syarat yang harus dipenuhi dalam tuturan performatif,
syarat itu disebut felicity conditions, yaitu (1) pelaku dan situasi
harus sesuai, (2) tindakah dilaksanakan dengan lengkap dan benar oleh semua
pelaku, dan (3) pelaku punya maksud yang sesuai.
Inferensi
percakapan dapat terjadi dalam tuturan/percakapan. Grice (1975) dalam artikel
‘Logic and Conversation’ menyatakan bahwa tuturan dapat berimplikasi proposisi
yang bukan merupakan bagian dari tuturan tersebut, atau disebut implikatur
percakapan. Untuk mengetahui implikatur percakapan harus diteliti meskipun
dapat dipahampi secara intuitif. Argumen merupakan manifestasi proses bawah
sadar secara publik dapat digunakan pendengar untuk menemukan kembali
implikatur percakapan.
D. Definisi dan
Contoh Implikasi
Pada dasarnya implikasi bisa kita definisikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi atas temuan hasil suatu penelitian. Akan tetapi secara bahasa memiliki arti sesuatu yang telah tersimpul di dalamnya. Di dalam konteks penelitian sendiri, implikasi bisa dilihat. Apabila dalam sebuah penelitian kita mempunya kesimpulan misalnya "A", "Manusia itu bernafas", maka "Manusia itu bernafas" yang kita sebut dengan implikasi penelitian. Untuk contohnya dalam hasil penelitian kita menemukan bahwa siswa yang diajar dengan metode "A" lebih kreatif serta memiliki skill yang lebih baik.
Dengan demikian dengan menggunakan metode belajar "A" kita bisa mengharapkan siswa menjadi lebih kreatif dan juga memiliki skill yang baik. Setelah itu perlu juga untuk dihubungkan dengan konteks penelitian yang telah kita bangun. Contohnya, sampelnya kelas berapa? Seperti apa karakteristik sekolah? Ada berapa sampel? Dan lain-lainnya. Nah, memang sudah seharusnya implikasi penelitian dilakukan secara spesifik layaknya karakterisik di atas.
E. Pengertian
Wujud Evidensi
Yaitu unsur yang paling penting
dalam suatu tulisan argumentatif. Pada hakekatnya evidensi adalah semua fakta
yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang
dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan
sebagai evidensi tidak boleh dicampuradukkan dengan apa yang dikenal dengan
pernyataan dan penegasan. Pernyataan tidak berpengaruh apa-apa pada evidensi,
ia hanya sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak, karena
fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara
nyata.
F. Cara Menguji
Fakta
Untuk menetapkan apakah data atau
informasi yang diperoleh adalah fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian
tersebut ada dua tingkat, yang pertama adalah untuk meyakinkan bahwa semua
bahan data tersebut adalah fakta, yang kedua yaitu apakah dari semua fakta
tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan
diambil.
Cara menguji fakta ada dua yaitu :
a.
Konsistensi
b.
Koherensi
G. Cara Menguji
Data
Data dan informasi yang digunakan
dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian
melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap
digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan
untuk pengujian tersebut.
a.
Observasi
b.
Kesaksian
c.
Autoritas
H. Cara Menilai
Autoritas
Seorang penulis yang objektif selalu
menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang
baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat
yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
a.
Tidak
mengandung prasangka
b.
Pengalaman
dan pendidikan autoritas
c.
Kemashuran
dan prestise
d.
Koherensi
dengan kemajuan
Sumber :
No comments:
Post a Comment