Tugas Individu Minggu
Ke-4, Bulan Ke-2
BAB VII
Pelaporan Keuangan dan
Perubahan Harga
Nama : Fahad Reinaldi
Kelas / NPM : 4EB14 / 22212640
Definisi Perubahan Harga
Untuk memahami makna
istilah perubahan harga (changing prices), harus dibedakan antara
pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya
masuk dalam istilah perubahan harga itu.
a) Perubahan harga umum
Suatu perubahan harga
umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu
perekonomian mengalami perubahan. Unit-unit moneter memperoleh keuntungan atau
mengalami kerugian daya beli. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi
(inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi (deflation).
b) Perubahan harga
spesifik
Perubahan harga
spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu yang disebabkan
oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran. Jadi laju inflasi per tahun
dalam suatu negara mungkin berkisar sekitar 5%, sementara harga satu unit
apartemen dengan satu kamar tidur mungkin meningkat sebesar 50% selama periode
yang sama.
1. Mengapa Laporan
Keuangan Memiliki Potensi Untuk Menyesatkan Selama Periode
Perubahan Harga?
Selama periode
inflasi, nilai aktiva yang tercatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang
mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Nilai aktiva yang dinyatakan
lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba yang dinilai
lebih tinggi
· Dari sudut pandang
manajerial, pengukuran yang tidak akurat dapat menimbulkan penyimpangan sebagai
berikut:
1) Proyeksi keuangan
berdasarkan data rangkaian waktu historis yang belum disesuaikan,
2) Anggaran yang menjadi
dasar pengukuran, dan
3) Data kinerja yang gagal
menahan pengaruh inflasi yang tidak terkendali.
· Pendapatan yang
dibesarkan dapat menimbulkan sebagai berikut:
1) Kenaikan pajak yang
sebanding,
2) Permintaan deviden yang
lebih banyak dari pemegang saham,
3) Tuntutan kenaikan gaji
karyawan, dan
4) Kebijakan yang merugikan
dari pemerintah tuan rumah (misalkan pajak yang dibebankan atas kelebihan laba) dan jika perusahaan telah
mendistribusikan labanya maka besar kemungkinan perusahaan tidak dapat
melakukan penggantian aktiva tertentu yang mengalami kenaikan harga karena
kekurangan sumber daya.
Penyajian laporan
keuangan yang tidak disesuaikan dengan kemampuan daya beli ini juga akan
mempengaruhi pembaca laporan dalam menginterprestasikan dan membandingkan
kinerja oprerasi perusahaan. Jika pendapatan dicatat sesuai dengan nilai daya
beli kini sedangkan biaya dicatat sebesar daya beli historis akan membuat
pengukuran laba yang tidak akurat. Prosedur akuntansi yang konvensional juga
mengabaikan keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas
(atau ekuivalennya) selama periode inflasi.
· Alasan-alasan untuk
mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit, sebagai berikut:
1) Pengaruh perubahan harga bergantung
secara parsial kepada transaksi dan kondisi perusahaan.
2) Penanganan masalah uang diakibatkan
oleh perubahan harga bergantung kepada pemahaman yang akurat terhadap masalah
tersebut.
3)
Pernyataan manajer mengenai masalah yang diakibatkan oleh perubahan
harga lebih dapat dipercaya jika perusahaan mengeluarkan informasi
keuangan yang membahasa masalah tersebut.
2. Mengetahui
Istilah-istilah akuntansi Inflasi dan Memahami Pengaruh Penyesuaian Harga
Terhadap Laporan Keuangan
a.
Atribut.
Karakteristik kuantitatif suatu
pos yang diukur untuk keperluan akutansi. Contoh: biaya histories
atau biaya penggantian merupaka atribut suatu aktiva
b. Penyesuaian
biaya kini.
Nilai penyesuaian aktiva untuk
perubahan dalam harga tertentu
c. Kekayaan
yang dapat dihapuskan.
Jumlah aktiva bersih suatu perusahaan
yang dapat ditarik tanpa mengurangi besar awalnya aktiva bersih
d. Mekanisme
Penyesuaian.
Manfaat berupa keuntungan daya beli
pemegang saham yang berasal dari pendanaan utang dan pertanda bahwa perusahaan
tidak perlu mengakui tambahan biaya pengganti atas aktiva operasi sehubungan
dengan aktiva tersebut didanai melalui utang
e. Ekuivalen
Daya Beli Umum.
Jumlah mata uang yang telah disesuaikan
terhadap perubahan dalam tingkat harga umum
f. Keuntungan
kepemilikan suatu investasi.
Kenaikan nilai
biaya kini suatu aktiva nonmoneter
g. Hiperinflasi
Laju inflasi yang
sangat besar terjadi pada saat tingkat harga umum dalam suatu perekonomian
meningkat sebesar lebih dari 25% pertahun
h. Inflasi.
Kenaikan dalam
tingkat harga umum seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian
i. Aktiva
moneter.
Klaim terhadap
jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti kas atau piutang usaha
j. Keuntungan
Moneter. Kenaikan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya
kewajiban moneter selama periode inflasi
k. Kewajiban
moneter.
Suatu kewajiban
untuk membayar jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti utang usaha
atau uang dengan suku bunga yang tetap
l. Kerugian
Moneter.
Penurunan dalam
daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya kativa moneter selama
periode inflasi
m. Penyesuian
Modal Kerja Moneter.
Pengaruh perubahan
harga khusus terhadap seluruh jumlah modal kerja yang digunakan oleh
sutu usaha dalam menjalankan operasinya
n. Jumlah
Nominal.
Jumlah mata
uang yang belum disesuaikan dengan perubahan harga
o. Aktiva
Nonmoneter.
Aktiva yang tidak
menunjukkan adanya klaim tetap terhadap kas seperti persediaan, aktiva tetap,
dan peralatan
p. Kewajiban
Nonmoneter.
Suatu utang yang
tidak mengharuskan pembayaran jumlah kas yang tetap dimasa depan, seperti uang
muka pelanggan
q. Penyesuian
Paritas.
Suatu penyesuian
yang mencerminkan perbedaan antara inflasi di Negara induk perusahaan dan
Negara tuan rumah
r.
Aktiva permanent.
Istilah di Brasil
untuk aktiva tetap, gedung, investsai, beban tangguhan, dan depresiasi
terkait serta jumlah deplesi atau amortisasi
s. Indeks
Harga.
Suatu rasio biaya
dimana pembilang/numeratornya adalah biaya dari suatu keranjang barang dan jasa
yang representatif dalam tahun berjalan, sedangkan penyebutnya adalah biaya
dari keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar
t. Daya
Beli.
Kemampuan umum dari
suatu unit moneter untuk memeperoleh barang dan jasa
u. Laba
Riil.
Laba bersih yang
telah disesuaikan untuk perubahan harga
v. Biaya
penggantian.
Biaya kini untuk
mengganti potensi jasa suatu aktiva dalam keadaan normal usaha
w. Mata
uang pelaporan.
Mata uang yang
digunakan suatu perusahaan dalam menyusun laporan keuangan
x. Metode
nyatakan kembali-translasikan.
Digunakan pada saat suatu
induk perusahaan mengkonsolidasikan akun-akun anak perusahaan luar
negeri yang berlokasi disebuah lingkungan berinflasi
y. Perubahan
Harga Khusus.
Perubahan dalam harga untuk komoditas
khusus seperti persediaan atau peralatan
z. Metode
translasikan-nyatakan kembali.
Suatu metode konsolidasi pertama-tama
dengan mentranlasikan akun-akun laporan keuangan anak perusahaan luar negeri
kedalam mata uang induk perusahaan dan kemudian dinyatakan kembali jumlah yang
ditanslasikan terhadap inflasi induk perusahaan
3.Menentukan Perbedaan Model Akuntansi Biaya Terkini
dan Konvensional
Secara umum, dalam
akuntansi konvensional, laporan keuangan disajikan berdasarkan nilai historis
yang mengasumsikan bahwa hargaharga (unit moneter) adalah stabil. Akuntansi
konvensional tidak mengakui adanya perubahan tingkat harga umum maupun
perubahan tingkat harga khusus. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan
daya beli seperti pada periode inflasi, maka laporan keuangan historis secara
ekonomis tidaklah relevan. Pada periode ini pendapatan umumnya dinilai lebih
tinggi sedangkan aktiva tetap dinilai lebih rendah. Sebenarnya, terdapat
beberapa metode akuntansi mengenai pengaruh perubahan harga, antara lain akuntansi
harga tetap, akuntansi nilai sekarang, dan akuntansi tingkat harga umum.
Akuntansi tingkat harga umum akan mengadakan restatement komponen-komponen
laporan keuangan ke dalam rupiah pada tingkat daya beli yang sama, namun sama
sekali tidak mengubah prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam akuntansi
berdasarkan nilai historis.Pada prakteknya, kontroversi yang menyangkut
relevansi penggunaan akuntansi tingkat harga umum masih berlanjut hingga saat
ini. Beberapa argumentasi yang mendukung maupun menolak penerapan akuntansi
tingkat harga umum akan disajikan dalam artikel ini. Demikian juga hasil dari
dua penelitian mengenai pengaruh penerapan akuntansi tingkat harga umum
terhadap laporan keuangan akan diperbandingkan guna melihat apakah penyesuaian
berdasarkan akuntansi tingkat harga umum memang diperlukan.
Pendekatan Terhadap
Akuntansi Inflasi di Beberapa Negara
1. AMERIKA
SERIKAT
Pada
tahun 1979, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akutansi
Keuangan No 33 berjudul Pelaporan Keuangan dan Perubahan harga,
pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS mencoba melakukan
pengungkapan daya beli konstan biaya historis dan daya beli konstan kini.
Perusahan pelapor
didorong untuk mengungkapkan informasi berikut untuk masing-masing dari 5 tahun
terakhir :
1. Penjualan
bersih dan pendapatan opersai lainnya
2. Laba
dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini
3. Keuntungan atau kerugian daya
beli (moneter) atas pos-pos moneter bersih
4. Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau
jumlah yang dapat dipulihkan (yaitu jumlah kas bersih yang diperkirakan akan
dapat dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan) yang lebih rendah dari
persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inflasi (perubahan tingkat harga
umum)
5. Setiap agregat penyesuaian translasi
mata uang aing, berdasrkan biaya kini, yang timbul dari proses konsolidasi
6. Aktiva bersih pada akhir
tahun menurut dasar biaya kini
7. Laba persaham (dari
opersai berjalan) menurut dasar biaya kini
8. Deviden persaham biasa
9. Harga
pasar akhir tahun perlembar saham biasa
10.Tingkat Indeks
Harga Konsumen yang digunakan untuk mengukur laba dari operasi berjalan
2. INGGRIS
Laporan biaya kini di
Inggris mewajibkanbaik laporan laba rugi dan neraca biaya kini,
beserta catatan penjelasan. Standar di Inggris memeperbolehkan 3 pilihan
pelaporan :
1. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai
laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis
2. Menyajikan akun-akun biaya histories
sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini
3. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai
sati-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai
3. BRASIL
Akutansi
inflasi yang direkomen dasikan di Brasil hari ini mencerminkan 2
kelompok pilihan pelaporan, hokum perusahan Brasil dan Komisi Pengawas Pasar
Modal Brasil. Pneyesuaian inflasi yang sesuai dengan hokum perusahaan
menyajikan ulang akun-akun aktiva permanent dan ekuitas pemegang saham dengan
menggunakan indeks harga yang diakui oleh Pemerintah Federal untuk mengukur
devaluasi mata uang local. Aktiva permanent meliputi aktiva tetap, gedung,
investsai, beban tangguhan dan depresiasi terkait, serta kaun-akun amortisasi
atau deplesi (termasuk setiap provisi kerugian yang terkait). Akun-akun ekuitas
pemegang saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan, cadangan revaluasi,
laba ditahan, dan akun cadangan modal yang digunakan untuk mencatat
penyesuaian tingkat harga terhadap modal.
5. Memahami Pelaporan Keuangan Dalam
Perekonomian Hiperinflasi
ED PSAK 63: Pelaporan
Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi merupakan adopsi dari IAS 29 Financial
Reporting in Hyperinflationary Economies. IAS 29 ini berkaitan dengan penyajian
kembali laporan keuangan ketika terjadi ekonomi hiperinflasi dalam mata uang pelaporan
entitas. Dalam kondisi semacam ini, laporan keuangan entitas disajikan dalam
unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan. Selain itu, pos-pos terkait
di periode sebelumnya disajikan dalam unit pengukuran kini pada akhir periode
pelaporan, dan laba rugi atau posisi moneter neto diakui dalam laporan laba
rugi dan diungkapkan terpisah.
6. Mengetahui Apakah Dolar Konstan atau
Biaya Kini Lebih Baik Untuk Mengukur Pengaruh Inflasi.
Terdapat empat isu akuntansi inflasi
yang cukup mengganggu. Ke-empat isu itu adalah:
1. Apakah dolar konstan atau biaya kini
yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi,
2. Perlakuan akuntansi terhadap
keuntungan dan kerugian inflasi,
3. Akuntasi inflasi luar negeri,
4. Menghindari fenomena kejatuhan ganda.
Keuntungan dan Kerugian Inflasi :
Perlakuan keuntungan
dan kerugian pos-pos moneter (yaitu kas,piutang,dan utang) tergolong
kontroversial. Keuntungan dan kerugian pos-pos moneter di Amerika Serikat
ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan,saldo awal dan
akhir,serta transakasi dalam,seluruh aktiva dan kewajiban moneter (termasuk
utang jangka panjang). Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah.
Perlakuan ini memandang keuntungan dan kerugian pos-pos moneter sebagai hal
yang berbeda dari jenis pendapatan yang lain.
Di Inggris keuntungan
dan kerugian pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan
mekanisme penyesuaian. Kedua angka tersebut ditentukan melalui perubahan harga
khusus (dan bukan umum). Mekanisme penyesuaian mengindikasikan manfaat (atau
biaya) kepada para pemegang saham yang berasal dari pembiayaan utama selama
suatu periode perubahan harga. Angka-angka ini ditambahkan atas (dikurangi
dari) laba operasi biaya kini untuk menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat
dihapuskan, yang disebut sebagai “Laba Biaya Kini Teratribusi Kepada Pemegang
Saham”.
Pendekatan di Brasil
yang tidak lagi diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan kewajiban kini secara
eksplisit, karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang dapat direalisasi.
Namun demikian, penyesuaian dari penyajian bersih aktiva permanen dan ekuitas
pemilik yang disesuaikan dengan tingkat harga menunjukkan keuntungan atau
kerugian daya beli umum atas pendanaan modal kerja yang berasal dari utang atau
kewajiban. Penyesuaian aktiva permanen yang melebihi penyesuaian ekuitas
menunjukan adanya bagian dari aktiva permanen yang didanai oleh utang, sehingga
menimbulkan keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian ekuitas yang lebih
besar dari penyesuaian aktiva permanen menunjukan adanya sebagian modal kerja
yang didanai oleh ekuitas. Kerugian daya beli diakui untuk bagian ini selama
periode inflasi.
SSAP 16 memiliki
keunggulan dalam mengatasi pengaruh inflasi. Sejalan dengan persediaan dan
aktiva tetapnya, suatu perusahaan perlu meningkatkan modal kerja dalam nilai
nominal bersih untuk mempertahankan kemampuan operasinya dengan harga yang
semakin meningkat. Perusahaan juga akan mendapatkan manfaat dari penggunaan
utang selama masa inflasi. Tujuan akuntansi inflasi adalah untuk mengukur
kinerja suatu perusahaan dan memungkinkan setiap orang yang tertarik untuk
mengukur jumlah, waktu, dan kemungkinan arus kas masa depan.
Suatu perusahaan dapat
mengukur penguasaannya terhadap barang dan jasa tertentu dengan menggunakan
indeks untuk mengukur keuntungan dan kerugian moneter. Karena tidak seluruh
perusahaan dapat menyusun indeks harga beli yang khusus untuk perusahaan
itu,pendekatan di Inggris merupakan alternatif praktis yang baik. Ketimbang
mengungkapkan mekanisme penyesuaian (atau sejenisnya),kami lebih suka untuk
memperlakukannya sebagai pengurangan dari penyesuaian biaya kini untuk
depresiasi, harga pokok penjualan dan modal kerja moneter. Pembebanan biaya
kini dari penyajian ulang laba biaya historis selama masa inflasi akan
terhapuskan dengan pengurangan beban jasa utang yang digunakan untuk mendanai
pos-pos operasi tersebut.
Keuntungan dan Kerugian Kepemilikan :
Akuntansi untuk biaya
kini membagi total laba menjadi 2 bagian :
1. Laba operasi (perbedaan antara pendapatan kini dan
biaya kini sumber daya yang dikonsumsi)
2. Keuntungan
yang belum direalisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva non moneter dengan
nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi. Meskipun pengukuran
keuntungan kepemilikan dilakukan secara langsung, perlakuan akuntansinya
tidaklah demikian.
Kenaikan dalam biaya
penggantian aktiva operasi (yaitu proyeksi arus kas keluar yang lebih tinggi
untuk mengganti peralatan) bukanlah suatu keuntungan, baik itu direalisasi atau
tidak. Apabila laba berbasis biaya kini mengukur perkiraan kekayaan perusahaan
yang dapat digunakan, maka perubahan biaya kini persediaan, aktiva tetap dan
aktiva operasi lainnya merupakan revaluasi ekuitas pemilik, yang adalah bagian
dari laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk mempertahankan modal
fisiknya (kapasitas produktifnya). Aktiva yang dimiliki untuk spekulasi,
seperti lahan kosong atau surat berharga yang dapat dipasarkan, tidak perlu
diganti untuk mempertahankan kapasitas produktif. Dengan demikian, jika penyesuaian
biaya kini mencakup pos-pos ini, kenaikan atau penurunan ekuivalen biaya
(nilai) kininya (hingga sebesar nilai yang dapat direalisasikan) harus
dinyatakan langsung dalam laba.
Sumber : Choi, Frederick D. S. dan Gary K. Meek. International Accounting. Buku 2 Edisi 5. 2010: Salemba Empat.
Sumber : Choi, Frederick D. S. dan Gary K. Meek. International Accounting. Buku 2 Edisi 5. 2010: Salemba Empat.
No comments:
Post a Comment